Wednesday, May 29, 2019

Wahai Para Suami, Tundukan Pandangan, Jagalah DIrimu dan Keluargamu Dari Api Neraka



Sekitar lima tahun lalu, dalam pembekalan-pembekalan pra nikah, biasanya bila sampai pada materi perceraian, akan muncul beberapa penyebab, yang salah satu faktor utama adalah faktor ekonomi. Jujur saat itu saya tak begitu habis pikir, permasalahan ekonomi macam apa yang membuat ikatan suci begitu mudah dirusak. 


FAKTOR PERCERAIAN KARENA MEDIA SOSIAL

Menariknya, ketika kini seluruh dunia hampir tak bersekat dan saling terhubung, muncul faktor baru yang juga menjadi pemicu keretakan rumahtangga sebuah keluarga.

"Sekarang ini, pemicu perceraian tidak melulu karena faktor ekonomi. Penggunaan media sosial juga bisa memicu perceraian pasangan suami isteri." Baru beberapa tahun terakhir ini saja, media sosial menjadi pemicu terjadinya perceraian. Banyak kecemburuan hingga perselingkuhan yang bermula media sosial," -- Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Karawang Abdul Hakim, saat dihubungi di Karawang, Ahad (9/9).  
Ia mengatakan, sesuai dengan pembuktian dalam persidangan kasus perceraian di Pengadilan Agama Karawang, cukup banyak pasangan suami istri bercerai karena kecemburuan bermula dari pertemanan pasangannya di media sosial. Menurut dia, media sosial seperti Facebook, Instagram dan WhatsApp menjadi salah satu pemicu perceraian merupakan tren baru. Karena sebelumnya, kasus perceraian kebanyakan disebabkan faktor ekonomi.    
sumber : https://www.msn.com/id-id/berita/nasional/pengadilan-agama-karawang-banyak-perceraian-karena-medsos/ar-BBN57OB



Sekitar lima tahun lalu, dalam pembekalan-pembekalan pra nikah, biasanya bila sampai pada materi perceraian, akan muncul beberapa penyebab, yang salah satu faktor utama adalah faktor ekonomi. Jujur saat itu saya tak begitu habis pikir, permasalahan ekonomi macam apa yang membuat ikatan suci begitu mudah dirusak. Tapi kini, setan punya metodologi mutakhir yang mengikuti perkembangan jaman, ya?


INTERAKSI LAWAN JENIS
Sependek pengetahuan saya, sebetulnya intinya ada pada mindset dari masing-masing pasangan mengenai tata cara (adab) berinteraksi dengan lawan jenis. Sejak dulu hingga sekarang adab berinteraksi dengan lawan jenis sudah ada, namun kini semakin terbuka lebar dengan adanya media sosial. Seharusnya ketika konsep yang dipegang sudah benar, ada atau tidaknya media sosial tak membuat masing-masing lantas tak menjaganya.

Pada fitrahnya kaum wanita, cenderung menyukai perhatian dari lawan jenis. Sedangkan kaum lelaki menyukai ketika bisa menjadi pelindung, ketika disanjung, dan ketika merasa dibutuhkan. Fitrah lainnya yang juga menarik, kebanyakan wanita tak mengambil pusing paras wajah dan fisik lelaki, tetapi memilih yang menyamankannya. Sementara di sisi lain, bagi kaum lelaki, fisik wanita menjadi salah satu yang paling penting, menyusul faktor-faktor lainnya.

Saya pernah ada di posisi itu. Merasakan serangan perhatian dari lawan jenis yang tak pernah henti mengomentari penampilan saya. Entah kerudung yang nyengsol, pemilihan warna baju yang tidak matching, kaus kaki saya yang ternyata bolong (!), aurat tersingkap, rambut terlihat dari ujung jilbab, daaaan lain lainnya. Sementara yang lainnya sibuk ber-ciye ciyee, saya yang cukup merasakan sinyal-sinyal  tak wajar itu, dan menanggapinya dengan datar bahkan saya marahi. Bukan apa-apa, saya hanya tak mau membuat saya dan diri dianya sendiri dosa. Menurut saya, ada cara lain untuk mengingatkan lawan jenis. Bisa lewat teman wanita lainnya, atau sekedar mengingatkan secara umum (tidak personal). Pun kalau terpaksa, katakan dengan sesederhana mungkin, tak perlu lah pakai bumbu-bumbu yang mempersedap perhatian.
Akan lain ceritanya, bila lawan jenis ini sudah bersahabat baik, mungkin akan lebih cair. Saya juga memahami dan pernah berada di posisi itu. Namun, sebaik apapun sahabat, benih sebutir pun kelak bisa berkembang menjadi bunga mekar. Saya mengalaminya! (Kalau anda tak mengalaminya, mungkin sebagai wanita saya terlalu lemahkah? Tapi Saya pribadi sebetulnya bukan tipe orang yang mudah benar benar jatuh cinta, jadi saya tidak lemah ya hehe).


MENGINGAT KEMBALI FUNGSI INTI KELUARGA


Dalam situs halaman berita yang berbeda, saya mendapati pula suatu fenomena menarik di Padang. Bahwa dari sekian banyak gugatan cerai yang dilayangkan ke Pengadilan Agama, justru 75% nya di dominasi gugatan yang berasal dari pihak istri. Kenapa? Saya belum mencari tahu, cukuplah menjadi pengingat bagi diri ini untuk tetap teguh dan sabar dengan segala problematika yang beriringan dengan pernikahan.

Ada beberapa fungsi inti dalam keluarga yang perlu kita telaah dan maknai kembali :
Sosiolog dari Universitas Negeri Padang (UNP), Erian Joni ikut mengomentari tingginya kasus perceraian di Kota Padang. Menurutnya, kasus perceraian merupakan cermin banyaknya pasangan suami istri yang tak mampu mengadopsi fungsi-fungsi inti dalam keluarga, termasuk fungsi ekonomi, fungsi religi, fungsi afeksi (kasih sayang), dan fungsi proteksi (perlindungan).sumber: https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/18/07/05/pbejg9349-1823-kasus-perceraian-terjadi-di-padang-sepanjang-2017


Naudzubillahi min dzalik.


Dari itu semua, saya mengingatkan kita semua, khususnya diri sendiri. Untuk menjaga diri dan menjaga keluarga kita masing-masing. Masing-masing kita akan dimintai pertanggungjawaban tentang apa-apa yang kita lakukan, bukan apa yang pasangan kita lakukan. Ikhtiar jaga dirimu, jaga hati pasanganmu, sisanya serahkan pada Allah. Berfokuslah untuk perbaiki diri dan lakukan yang terbaik, dan jangan berhenti belajar untuk memperbarui terus definisi terbaikmu menjadi yang lebih baik lagi.

Wahai Para Suami, Tundukan Pandangan, Jagalah DIrimu dan Keluargamu Dari Api Neraka
Wahai Para Istri, Jaga dirimu. Bersabarlah, kuatkan keimananmu jangan bergantung pada siapa suamimu, Keimananmu hanya kau yang bisa pedulikan. (hsr)


Kamis, 30 Mei 2019
Bumi Allah