Friday, June 15, 2018
Dakwah Sang Balita
Mahakarya Seorang Ibu
Wajahnya tertunduk, tangannya menggenggam buku tahlil sembari mengusap airmata yang tak henti berlinang. Ia larut dalam bacaan doa di depan nisan yang masih basah itu.
Masih segar dalam ingatannya, hari-hari terakhir yang ia lalui bersamanya. Membuatkan makanan kesukaannya atau sekedar duduk bersama bersenda gurau menghabiskan waktu bersama.
Di detik terakhirnya, Ia hanya bisa menggenggam erat tangannya yang sudah mulai membiru. "Nak, Ini ibu nak. Ibu disini. Bangun nak." lirihnya.
Tapi garis kehidupan dunia sudah berhenti. Ia yang sudah pergi tak bisa kembali.
Sampai ketika ia akan di shalatkan, tetangga hadir dan ikut menshalatkan. Tak ada yang tak kenal lelaki besar itu. Ia paling baik dan paling dikenal warga sekitar. Keramahannya, kesopanannya, tak hanya ada di dalam rumah tapi memancar ke warga sekitar.
Kuperhatikan sosok ibundanya. Wanita tegas berprinsip yang tetap lembut dan penuh kasih sayang.
Tak berkiprah di luar rumah, tapi itulah mahakaryanya. Dengan ijin tuhannya, kelembutannya terpancar melalui anak lelakinya.
Ah, sesungguhnya itulah amanah yang paling hakiki bagi seorang wanita. Menjadi istri dan ibu yang tetap shalihah, mendidik anak dengan keshalihan di waktu hidupnya, juga terus mendoakan setelah habis masa hidupnya.
Sabtu, 16 Juni 2018
Ramadhan Menulis Bersama 30 Days Writing Challenge
Alhamdulillah, setelah sekian lama ngga rutin menulis, kali ini bisa menulis setiap hari selama Ramadhan.
Ini 30 DWC ke-4 buat saya pribadi. Setelah nonstop 3 kloter di jilid 5, 6, 7, saya vakum menulis, sampai akhirnya memutuskan ikut jilid 13 nya.
Kadang kita merasakan sesuatu itu begitu berharga ketika sesuatu itu hilang. Enam bulan tak ikut, semakin berkurang pula intensitas menuliskan pikiran jadi berkurang. Saya menulis, tapi menulis keseharian saja, atau copywriting untuk keperluan beriklan.
Kesan mengikuti 30DWC adalah alhamdulillah saya bisa mulai menulis rutin lagi. Terseok seok sejujurnya, apalagi sedang ramadhan, dan mudik. Tapi alhamdulillah bisa juga.
Di awal awal masih rutin ikut menyimak grup squad, lama kelamaan hanya sempat setor link harian saja.
Karena 30 dwc juga, akhirnya saya memperpanjang domain blog hajahsofya.com yang sempat non aktif selama 3 bulanan. Karena terlambat, domain tersebut belum bisa diakses selama sebulan. Maka tulisan pun belum terpusat pada 1 platform.
Awalnya menggunakan instagram, tapi saya aga kesulitan karena ide tulisan tak selalu punya visualisasi berupa gambar, idan itu menghambat saya menulis. Akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan blog ini :)
Fokus tulisannya sebetulnya mengaitkan dengan keluarga, tapi nyatanya tak semua bisa sesuai. Tidak apa, mudah mudahan kedepannya lebih bisa 1 tema :)
Sabtu 16 Juni 2018
Wednesday, June 13, 2018
Mengasah Daya Cipta Anak Sejak Kecil
Sebuah laporan terbaru memprediksi, keterampilan yang dibutuhkan oleh para pekerja di masa depan akan sangat berbeda dengan yang ada saat ini. Selain itu, laporan tersebut juga memeringatkan bahwa sistem pendidikan perlu diubah untuk mempersiapkan anak-anak sekolah untuk masa depan mereka.
Laporan New Work Smarts dari Foundation for Young Australians (FYA) telah memperkirakan, semua pekerjaan akan beralih ke sistem otomasi selama dua dekade ke depan.
Para pekerja di tahun 2030 akan melakukan lebih sedikit tugas rutin dan manual, dan malah berfokus pada interaksi manusia, pemikiran strategis serta kreatif. Mereka juga akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar sambil bekerja, memecahkan masalah dan menggunakan keterampilan sains serta matematika. Dengan perkiraan jumlah manajer yang lebih sedikit, para pekerja harus mengawasi dan mengelola diri mereka sendiri, menerapkan pola pikir kewirausahaan agar bisa maju.
cipta/cip·ta/ n kemampuan pikiran untuk mengadakan sesuatu yang baru; angan-angan yang kreatif;
mencipta/men·cip·ta/ v memusatkan pikiran (angan-angan) untuk mengadakan sesuatu: untuk dapat ~ cerita yang baik, diperlukan fantasi;
-- KBBI Daring
Impian di masa kecil bisa berdampak di masa depan kalau anda punya kecerdasan otot (myelin) untuk menemukan "pintu-pintu" nya.-- Prof. Rhenald Kasali, Self DrivingMungkin itulah yang membuat Sultan Mehmed dapat menaklukkan Konstantinopel, setelah tertanam dalam dirinya sejak kecil, bahwa ialah yang akan menjadi Penakluk Konstantinopel. Sejak kecil gurunya selalu mengulang-ngulangi perkataannya kepada Mehmed, menjadi keyakinan dan kenyataan. Tak hanya itu, ia juga dibekali pendampingan ulama-ulama tebaik pada zamannya dari berbagai disiplin ilmu. Nyata bahwa pengetahuan dan imajinasi yang dioptimalkan sejak kecil akan menjadi hal besar di masa mendatang.
Kita juga dapat melihat bahwa cara berpikir kreatif dicontohkan oleh Nabi Muhammad dan para sahabat.
Coady, David. 2017. Future skills: Report reveals tools schoolkids will need to thrive in jobs market of
2030. http://www.abc.net.au/news/2017-07-27/what-skills-will-the-future-generation-of-workers-need/8747610
Siauw, Felix. 2013. Muhammad Al-Fatih 1453. Al Fatih Press. Jakarta.Monday, June 11, 2018
Kepercayaan Diri Mencipta Karsa
Do you ever feel like a plastic bag
Drifting through the wind, wanting to start again?
Do you ever feel, feel so paper-thin
Like a house of cards, one blow from caving in?
Do you ever feel already buried deep
Six feet under screams but no one seems to hear a thing
Do you know that there's still a chance for you
'Cause there's a spark in you?
You just gotta ignite the light and let it shine
Just own the night like the 4th of July
'Cause, baby, you're a firework
Come on, show 'em what you're worth
Make 'em go, "Ah, ah, ah."
As you shoot across the sky
Baby, you're a firework
Come on, let your colours burst
Make 'em go, "Ah, ah, ah."
You're gonna leave 'em all in awe, awe, awe
You don't have to feel like a wasted space
You're original, cannot be replaced
If you only knew what the future holds
After a hurricane comes a rainbow
May be a reason why all the doors are closed
So you could open one that leads you to the perfect road
Like a lightning bolt your heart will glow
And when it's time you'll know
* * *
Itu adalah secuplik lirik dari salah satu lagu favorit saya, Firework yang dipopulerkan Katty Perry. Jangan tanya saya apa lagu lainnya, saya tak tahu. Hihi
Liriknya kuat, coba perhatikan. Setiap saya dengar lagunya, rasa ingin menangis dan timbul semangat yang muncul dari dalam diri.
Saya termasuk orang yang ngga banyak maunya. Bahkan cenderung unmotivated. Ketika teman SMA saya sudah ingin sekolah ke luar negeri, saya ngga merasa perlu untuk mengikuti jejaknya. Ketika teman di kampus sedang mengikuti berbagai konfrensi di luar negeri, saya biasa saja. Ketika lulus Sarjana dan teman teman bercita-cita melanjutkan ke Luar negeri, saya ngga menemukan alasan kuat kenapa saya juga harus sekolah kesana.
Itu bukan berarti saya tak punya impian, bukan berarti juga punya banyak impian. Hihi. Saya percaya setiap orang punya karsa nya masing-masing, mungkin itu belum muncul di diri saya
Jujur saat ini saya jadi termenung, kenapa dulu saya ngga mau ya? Hihi.
Berada di jurusan yang saya-bisa tapi tak sejiwa dengan saya, mungkin menjadi salah satu alasannya. Saya tak terbayang, apa yang harus saya katakan pada pewawancara beasiswa andaikan saya ditanya
Apa yang ingin kamu lakukan disana?
Mengapa kamu tertarik menjadi ahli di bidang itu?
Kontribusi apa yang ingin kamu berikan buat bangsa ini?
Ouch!
Saya ngga punya visi di jurusan yang saya geluti saat itu.
Jujur saat ini saya jadi termenung, kenapa dulu saya ngga mau ya?
I am 26 years old, I am a wife and mother with one little child.
Sekarang hanya bisa berdoa dan terkagum dengan kawan kawan yang sudah menyelesaikan S2 nya di luar negeri. Saya juga yakin, ini terjadi tak hanya pada diri saya seorang. Ada banyak ibu muda di luar sana yang juga punya impian terpendam.
karsa/kar·sa/ n 1 daya (kekuatan) jiwa yang mendorong makhluk hidup untuk berkehendak; 2kehendak; niat
Sunday, June 10, 2018
Pakaian Bekas Untuk Anak Panti
Pasar di minggu pagi itu nampak sepi dari para penjual pakaian. Mereka lebih memilih menggelar dagangannya di area yang lebih ramai pengunjung.
Tak seperti hari biasanya, justru dari kejaihan kulihat tiga sosok gadis kecil di balik tumpukan baju beralaskan terpal.
Saturday, June 9, 2018
Pembangunan Menara Keluarga
Saya selalu suka dengan analogi-analogi yang digunakan pak Indra dan bunda Nunik Noveldi dalam bukunya Menikah Untuk Bahagia.
Sederhana, tapi mengena.
Pada sub bab Do We Plan Our Marriage, saya serasa diingatkan kembali mengenai impian impian saya tentang pernikahan.
Menara Petronas di Malaysia itu tingginya 452 meter dengan 88 lantai. Salah satu gedung tertinggi di dunia itu jelas ada yang membuatnya, mendesainnya sedemikian rupa. Proses pembuatannya pun tak sebentar. Dibutuhkan waktu selama 6 tahun, dan pembuatan pondasi sekitar 120 meter.
Ya, gedung sekokoh itu tak mungkin dibuat tanpa perencanaan. Idenya, desainnya, materialnya, pekerjanya, konstruksinya, dan lain lain.
Di samping itu, Saya jadi ingat beberapa waktu lalu saat mengikuti family gathering IP Bandung, kami sekelompok diminta membuat menara balon. Tujuannya membuat menara yang indah dan tinggi. Kami diberikan beberapa balon, alat perekat solatip, gunting, dan kertas untuk membuat desain.
Selama permainan kami memang sekelompok tapi karena belum terlalu kenal, maka chemistry nya biasa biasa saja. Saat membuat menara balon pun, kami sekedar membuat menara tanpa mendesainnya terlebih dahulu. Kami dikejar waktu, belum lagi lihat menara tetangga yang rasanya lebih besar, bagus dan indah.
Pembagian tugas dilakukan dengan mengambil inisiatif masing masing, ada arahan tapi minim, mungkin segan. Bergerak saja inisiatif sendiri sambil berkomunikasi bagaimana seharusnya.
Kami mendesain sambil membangun menaranya. Bahkan di akhir waktu pengumpulan, kertas kami baru digambar sesuai dengan bentuk menara yang kami buat. Ya, membuat dulu baru merancang, cukup aneh ya hehe.
Alhamdulillah menara kami selesai juga, menara terbaik yang bisa kami buat dan kami syukuri.
Dari itu semua, ada satu yang saya renungkan. Bahwa ternyata banyak manusia tidak merencanakan kehidupan pernikahannya. Pembangunan yang bersifat fisik mungkin lebih mudah diperhatikan karena terlihat. Sementara bangunan pernikahan, mungkin banyak diabaikan karena abstrak tak terlihat, tak terdeteksi.
Apa jadinya pembuatan menara petronas tanpa perencanaan. Sekarang menyusun batu bata dulu, besok buat pondasi, besok lagi bikin rancangannya, besoknya lagi beli bahan yang kurang, misalnya? Sudah tentu hasilnya juga mencong mencong kesana kemari. Sudah syukur kalau bangunan masih bisa berdiri, kalau hancur di tengah jalan?
Kesimpulannya bisa diambil sendiri ya.
Ada juga yang tanpa perencanaan, pernikahannya baik baik saja, tapi benarkah baik baik saja?
Ada juga yang audah merencanakan, tapi di tengah jalan lupa untuk menengoknga kembali.
Bervariasi.
Intinya untuk membangun menara keluarga ada hal-hal yang perlu diperhatikan.
Pertanyaannya, maukah kita benar benar mendesain dan membangun menara keluarga kita?
Friday, June 8, 2018
Berumah Tangga Itu Ada Ilmunya
Alhamdulillah, sebuah kesempatan besar bisa mengikuti diskusi online via telegram bersama Pak Indra dan Bunda Nunik Noveldi.
Saya jadi ingat lagi, jauh sebelum ini, seorang kakak merekomendasikan buku ini untuk saya baca (sebut saja namanya A Makki hehe) .
Saya selalu percaya pernikahan/rumah tangga itu punya banyak aspek yang harus diperhatikan. Bagi saya poin pertama adalah niat lurus ibadah karena Allah, dan yang kedua perkara interaksi manusia.
Sampai detik ini dipernikahan saya yang masih seumur jagung (jagung tua ya, 3 tahun hihi) saya tetap percaya itu, namun dilanda sebuah kebingungan. Ya, kebingungan karena ada gap antara teori dengan fakta lapangan. Saya juga masih belum bisa menempatkan diri, bagian mana yang seharusnya saya lakukan dengan niat karena Allah saja, atau yang perlu melibatkan unsur manusianya.
Kembali pada topik. Saya merekomendasikan buku Menikah Untuk Bahagia yang ditulis oleh Pak indra dan bu Nunik, karena isinya sangat real.
A makki pernah bilang, "kadang orang itu belum bisa langsung menyelesaikan masalah hanya dengan dibilang 'solusinya tahajud'."
Banyak orang perlu solusi konkrit dunia agar ia bisa mengantisipasi kejadian kejadian berikutnya, dan tetap melakukan shalat tahajudnya dengan kemantapan ikhtiar juga.
Menurut saya, ini bagian dari ikhtiar.
Sebelumnya sempat saya posting juga mengenai kesan saya terhadap bagian prolog buku ini, mengesankan. (saya tulis di blog hajahsofya.com yang saat ini belum bisa diakses sementara)
Berumah tangga itu ada ilmunya, sungguh. Tidak sekedar doktrin doktrin saja, karena kita berinteraksi dengan makhluk unik manusia, dan kita perlu menjalaninya dengan sepenuh jiwa.
Kalau dulu sebelum nikah sering baca buku pranikah, maka setelah nikah atau tepatnya saat punya anak biasanya kita jarang upgrade lagi ilmunya. Padahal kondisi mungkin sudah jauh berbeda, dan diperlukan isi ulang dan penguatan-penguatan.
Buku menikah untuk bahagia bukan mengajak orang untuk menikah dan mereguk kebahagiaan, melainkan menunjukkan bahwa tujuan surga yang ingin dicapai bersama itu ada formulasinya. Formulasi yang membuat perjalanan jadi menyenangkan, dengan tetap bertujuan surga.
Jangan sampai hanya sekedar berucap ingin masuk surga sekeluarga, tapi enggan mempelajari ilmu nya, enggan menyenangkan hati pasangan hidupnya.
Harus baca sendiri bukunya, dan selamat merenung :)
Untuk keluarga perindu surga dunia dan akhirat
Sabtu, 9 Juni 2018
02.19
Thursday, June 7, 2018
Banyak Jalan Untuk Beriman
Dalam kehidupan sehari-hari kita, kadang terasa juga kalau jiwa sedang tidak "fit" ya? Tapi sayang, masih belum bisa mendefinisikan apalagi menjabarkan.
Tuesday, June 5, 2018
Karena Suamimu Tak Seperti Google Translate
Di era informasi ini, begitu banyak kemudahan bisa kita dapatkan. Kadang tak perlu banyak basa basi, barang yang ingin kita beli sudah dapat hadir di depan rumah kita dengan sedikit menyentuh layar gawai. Tanpa emosi, tanpa peduli sekitar. Terkadang begitu asyik berselancar di media sosial, atau market place untuk sekedar membeli satu atau dua barang dengan harga kompetitif.
Kini orang juga sudah mudah berbahasa, beraneka macam tools untuk memepermudah pembelajaran bahasa, juga translator sudah mulai tersedia. Dari mulai google translate yang termudah, pilot earpiece, ili, dan lain lainnya. Simple, mudah, praktis.
Untuk bepergian, tak perlu repot lagi mencari cari transportasi, cukup pesan ojek online atau taksi online langsung dari gawai sendiri. Mudah, praktis, tak perlu menunggu lama.
Oh ya, coba kau perhatikan, apa yang dipegang anak balita itu? Ya, gawai sudah menjadi mainan sehari hari bagi para balita itu bahkan di usianya yang belum 2 tahun!
Dunia berubah. Segalanya berjalan dengan lebih cepat, praktis dan efisien.
Yang tak bisa mengikuti jaman akan ketinggalan jauh. Namun tentu saja, ada hal hal yang tak pernah bisa digantikan oleh kecanggihan gadget sekalipun.
Mari kita tengok keluarga kita sejenak, pada pasangan hidup kita, pada anak-anak kita. Selain adanya perbedaan antara wanita dan laki-laki, faktor serba instan masa kini juga berpengaruh pada cara kita berinteraksi dengan anggota keluarga.
Sebut saja sang istri, yang sedang merasa jengah dengan aktivitas domestik rutinnya setiap hari. Hiburannya update status dan lihat-lihat timeline. Curahan hatinya direspon baik oleh netizen, ia mendapat apresiasi yang menyenangkan.
Tak beda jauh dengan sang suami. Media sosialnya selalu ramai dengan kondisi perpolitikan bangsa atau sekedar update film atau komik favoritnya. Saling berdiskusi dalam komunitasnya, mendapatkan rasa senang. Atau larut dalam kesibukan tugas kantornya.
Kalau tak benar benar ada keseriusan dalam menjaga hubungan, otomatis semua akan merenggang. Bersama tapi tak terasa.
Monday, June 4, 2018
Menyelami Makna Diksi, Jangan Takut Belajar Bahasa
diksi/dik·si/ n Ling pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan)
Setiap bahasa memiliki keistimewaannya sendiri sebagai akibat dari fitur lokal yang dimiliki budaya penuturnya. Bahasa Arab yang digunakan Al-Quran disebut oleh Nabi Muhammad sebagai bahasa Dhad, yaitu huruf ke 15 dari alphabet Arab. Sebutan ini adalah untuk mengisyaratkan bahwa huruf itu hanya ada dalam bahasa Arab. Bahasa Arab yang kebanyakan akar leksikonnya hanya terdiri dari tiga huruf (sebagian kecilnya dari empat huruf) dalam alphabet Arab mendukung kepuitisan Al-Quran. Ini juga mendukung pengembangan kata-kata dalam bahasa Arab dengan akar makna yang sama. System tasrif yang sepuluh (Kaye, 1987:170) dan system pronominal yang empat belas (Hassan, 1979:133) itu membuat bahasa Arab kaya dengan kata yang berbeda untuk makna yang berbeda dari akar yang sama. Kesepuluh perubahan kata kerja dalam Bahasa Arab membuatnya semakin kaya akan variasi diksi untuk maqam (konteks situatsi) dan tujuan yang berbeda. 4)
Kelebihan ini sekaligus juga menjadi kelemahannya yang menjadikan pemahaman yang ambigu dalam penggunaan kata-kata. Untuk hal ini kepandaian berbahasa seseorang atau pengetahuannya yang luas tentang ilmu linguistik belum cukup menjadi syarat bagi seseorang untuk menterjemahan Al-Quran khususnya ke dalam bahasa selain Arab. Apalagi bila dikaitkan dengan keadaan Al-Quran yang sarat dengan istilah religi yang didefinisikan sendiri melalui ayat dengan konteks yang berbeda. Sehingga apa yang dikemukakan oleh Larson (1994) dalam pembagian macam leksikon dalam terjemahan sangat mengena dalam konteks terjemahan Al-Quran. Larson yang membagi leksikon menjadi tiga — shared, unknown dan key word – membuat atau memaksa penerjemah untuk mengadaptasi setiap key word dalam Al-Quran menjadi leksikon bahasa lokal dalam konteks pemahaman agama (Al-Quran). Bila di-index maka sebagian besar, bila tidak bisa dikatakan semua, kata-kata dalam al-qur’an itu harus di-index. 4)Begitulah.
Maka pekerjaan peradaban saya ternyata sebetulnya lebih besar dari sekedar "galau" mengenalkan diksi-diksi bahasa Indonesia ke anak. Pekerjaan rumah saya seharusnya di mulai dari mengusir rasa "segan" menyelami bahasa Arab, mencoba menyelaminya, dan memberikan pemahaman yang lebih kepada anak sendiri.
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?”
Sunday, June 3, 2018
Yang Dekat Tetapi Jauh
Sungguh hidayah memang bukan kuasa manusia.
Siapa yang menyangsikan kebaikan akhlak dan keimanan para nabi Allah?
Diantara sekian banyak Nabi yang memiliki keturunan keturunan shalih, ada beberapa kisah yang dapat kita ambil pelajarannya.
Nabi Nuh harus rela ketika air bah datang, anak dan istrinya tetap tak mau mengikuti nasihatnya.
Begitu pula istri dari Nabi Luth.
Orang yang shaleh, belum tentu anak istri nya shaleh.
Dekatnya keberadaan satu sama lain, bahkan satu atap, tidak menjamin semua dapat saling menjaga keimanannya. Kecuali semua berkomitmen, kecuali semua mau memperbaiki dirinya.
Itu sebabnya, salah satu hak anak dipilihkannya ibu yang shalihah. Karena wanita yang shalihah, (sejauh pengamatan saya hingga saat ini) lebih dekat pada menghasilkan anak anak yang shaleh.
Siti hajar yang ditinggalkan ibrahim bertahun tahun lamanya, bisa mendidik ismail menjadi anak yang shaleh.
Mari mengajak keluarga kita yang dekat agar bersama sama ke surga,
Saturday, June 2, 2018
Makna Rasa Diawasi
Setelah itu cahaya Allah telah menembus hatinya, membuatnya minta ampunan kepada Allah, dan menyatakan diri untuk berserah pada Tuhan Muhammad, masuk Islam.
Siapa yang memberi tahu Rasulullah saat itu, kecuali Allah?
*
Rasanya tak banyak manusia yang sempat punya keinginan semacam itu, betapapun kesalnya kita pada suatu hal. Menghilangkan nyawa seseorang yang kita anggap membahayakan persatuan umat (menurutnya). Orang semacam itu, tentu menurut kebanyakan orang diantara kita, adalah kejahatan yang tak mungkin kita lakukan.