Wednesday, July 26, 2017

Cemilan Rabu 3 : Melatih Kemandirian Emosi Pada Anak

🍓🍉🍒🍐🍇🍍
Cemilan Rabu 3

🍒MENDIDIK KEMANDIRIAN EMOSI🍒

Seorang lelaki duduk beristirahat dibawah pohon. Matanya menatap seksama kepompong kecil yang tergantung di cabang pohon tempatnya berteduh. Kepompong itu bergerak-gerak, nampaknya ada yang berusaha keluar dari dalam kepompong itu. Sungguh kesempatan langka, pikir si lelaki. dan iapun memperhatikan dengan lebih seksama. Cukup lama juga, kepompong itu terus bergerak-gerak, hingga akhirnya sedikit tersobek di salah satu sisinya. sobekan itu masih sangat kecil, belum cukup untuk pintu keluar bagi si penghuni kepompong. Maka iapun masih terus mengeluarkan tenaga, yang menyebabkan kepompongnya terus berguncang.

Lama kelamaan, si lelaki merasa jatuh kasihan, begitu banyak tenaga sudah dikeluarkannya, belum juga si penghuni berhasil keluar. Dilihatnya kepompong itu lebih dekat. Rupanya sobekannya masih juga terlalu kecil. Akhirnya diambilnya inisiatif untuk menolong si penghuni itu untuk bisa segera keluar. Segera diguntingnya kepompong tersebut sehingga terbuka lebar sisinya, agar si calon kupu-kupu bisa segera keluar.

Tapi sungguh diluar dugaan, yang keluar dari kepompong itu bukanlah kupu-kupu cantik, tetapi kupu-kupu dengan bentuk aneh. Kepala dan perutnya besar, sementara sayapnya lemah tak bisa terentang. Kupu-kupu cacat itu langsung terjatuh ke tanah, dan hanya bisa menggelepar-gelepar tak berdaya.

Ternyata tindakan si lelaki untuk menolong dengan menggunting kepompong itu yang justru menyebabkan cacatnya kupu-kupu itu. Sesungguhnya susah payahnya si kupu-kupu keluar dari kepompong, termasuk proses akhir pertumbuhan bandannya. Melalui kerja kerasnya mengguncang kepompong sampai tersobek itulah yang justru akan mengecilkan kepala dan badannya hingga ke ukuran yang pas. Sementara otot sayapnya menjadi kuat sehingga cukup kuat untuk mengepakkan sayapnya.

Tetapi campur tangan seseorang mengeluarkannya terlalu cepat, maka proses pertumbuhan terakhir itu tak sempat dilewatinya. Yang terlahir adalah kupu-kupu berkepala dan badan yang bengkak, dengan sayap yang loyo tak berkekuatan.

🍒CAMPUR TANGAN YANG MERUSAK🍒

Seperti kupu-kupu itu pulalah nasib anak-anak kita, jika orang tua terlalu banyak ikut campur tangan dalam pembentukan kemandirian emosi mereka. Ketika anak sudah sampai pada tahap pengendalian diri maka hampir seluruh upaya mereka lakukan sendiri. Orang tua hanya berperan sebagai fasilitator saja.

Saat anak berupaya mengendalikan emosi kemarahan, kesedihan atau kekecewaan yang menyerang dirinya, maka ayah ibu hanya bisa memotivasi saja, sementara si anaklah yang harus memutuskan sendiri, apakah ia akan lakukan atau tidak. Jika orang tua memberikan campur tangan dan bantuan untuk menyelesaikan masalah anak, maka anak tidak akan memperoleh pembelajaran hidup.

Ketika dua orang anak bertengkar, bukanlah tugas orang tua untuk melerai dan memutuskan siapa yang bersalah dan harus minta maaf. tetapi semestinya anak-anak itu sendirilah yang menyelesaikannya. Yang bisa dilakukan orang tua adalah memotivasi kedua anak yang sedang berseteru untuk berempati satu sama lainnya, sehingga perseretuan bisa diakhiri. Masing-masing bisa menghormati hasil fikiran temannya serta saling menghormati.

Bisa saja orang tua memaksa salah satu pihak yang dianggapnya salah untuk mengaku  salah dan minta maaf, tetapi bukannya menyelesaikan masalah, justru akan memperburuk masalah. Bukannya empati yang timbul dihati anak tapi justru rasa iri, merasa dipojokkan , pilih kasih  yang menimbulkan rasa dendam.

Disinilah orang tua belajar tega untuk tidak buru-buru menolong anak yang sedang berjuang menempuh ujian kehidupan. sehingga orang tua tidak terlibat dalam campur tangan yang merugikan. Sepintas nampaknya menolong anak keluar dari kesulitan yang dihadapi, akan tetapi justru menggagalkan pengembangan kemandirian emosi anak.

Salam ibu profesional
/Tim Fasilitator Bunsay 2/

Sumber Inspirasi
    Istadi, Irawati. Melipat Gandakan Kecerdasan Emosi Anak. Bekasi. Pustaka Inti:2006

Sunday, July 23, 2017

Menyikapi Lingkungan yang Buruk by Ust. Harry Santosa

🍃🍂 *Menyikapi Lingkungan yang Buruk* 🍂🍃

Oleh: *Ust. Harry Santosa*
Sumber: FB Harry Santosa

Seorang bijak mengatakan, "setinggi dan sekokoh apapun kita mendirikan benteng utk menghadang air bah, maka akan roboh juga. Maka ajarilah anak untuk berenang atau membuat perahunya sendiri"

Orang bijak lain mengatakan, "jadilah seperti ikan hidup di laut yang tak pernah asin walau setiap hari berenang di laut. Janganlah menjadi seperti ikan mati, yang menjadi asin hanya direndam air garam beberapa hari".

Apa maknanya?

Hidupkanlah fitrah anak anak kita, maka mereka akan melayari kehidupan ini dengan sebaik baiknya. Fitrah yang hidup dinamis bagai air sungai yang mengalir, bening dan jernih, menyehatkan sekitarnya. Namun sebaliknya, fitrah yang redup ibarat sungai yang tdk mengalir, menjadi tempat sarang nyamuk dan penyakit juga sampah.

Bagaimana teknisnya agar tidak terpapar lingkungan yang buruk?

1. Usia 0-6 tahun, ini masa paling rentan, maka lingkungan sebaiknya cukup steril. Karenanya bersosialisasi terbaik adalah dengan orangtua dan keluarga dekat, dengan asumsi bhw orangtua dan keluarga terdekat mustahil merusak. Bersosialisasi di tahap ini justru dengan menguatkan fitrah individualitasnya, misalnya memuaskan ego sentrisnya, mengakui sifat uniknya dstnya. Anak yang dipenuhi hak hak individualitasnya di usia ini, kelak akan menunaikan kewajiban sosialnya termasuk kokoh fitrah sosialitasnya seperti suka bersosial, suka berbagi, tidak mudah dibully, percaya diri untuk mengendalikan lingkungannya dstnya

2. Usia 7-10 tahun, ini masa dimana anak dianggap sdh mulai kokoh konsepsinya ttg Allah, ttg dirinya, ttg orangtuanya, ttg alam dstnya. Mereka sdh memerlukan sosial yang lebih luas dari di rumah. Maka lingkungan yang tidak terlalu buruk, tidak mengapa, justru baik untuk menguatkan imunitas. Pastikan kedekatan ayah bunda dengan ananda, sehingga selalu menjadi rujukan dalam setiap masalah perilaku yang dipapar oleh lingkungan. Tentu saja jika lingkungan amat buruk, maka wajib hijrah.

3. Usia 11-14 tahun, ini sebenarnya tahap ujian, jadi ananda perlu diuji keimanannya, bakatnya, gairah belajarnya dll dengan dibenturkan pada kehidupan nyata. Latih mereka utk banyak idea atau inovatif, kemauan menjadi da'i (penyeru kebenaran), menjadi problem solver (nadziro) sekaligus solution maker (bashiro) dalam lingkungan yang seperti apapun. Ini tahap tega dengan membenturkan pd kehidupan. Ayahlah sang raja tega, namun Bundalah sang pembasuh luka.

Sulit rasanya bagi Ummat ini melahirkan pemimpin yang solutif, jika selalu memberikan lingkungan yang steril, mengirimkan ke boarding school dengan maksud menyembunyikan anak dari realitas sosial Ummat ini.

Rasulullah SAW bahkan memberi ucapan selamat kepada para Ghuroba (almarhum M.Natsir menyebutnya Perintis) yaitu mereka yang memperbaiki sunnah Beliau di tengah kerusakan Ummatnya.

Dalam banyak kasus, pada tahap ini, anak anak yang sudah mantab mengenal fitrah dirinya, maka tiada kekhawatiran dengannya. Misalnya internet dan gadget, alih alih dimusuhi, baginya hanyalah perangkat untuk mengakses banyak pengetahuan yang relevan untuk inovasi, berdiskusi dengan Murobby dan Maestro, membangun jaringan dan berkolaborasi, memasarkan karya atau product dsbnya.

Sebagai catatan, 90% masalah anak sesungguhnya bukan dari luar rumah, justru dari dalam rumah. Obsesi orangtua, kecanduan menggegas dan menitipkan anak dsbnya menjadi penyebab cideranya atau menyimpangnya fitrah ananda.

Salam Pendidikan Peradaban
#fitrahbasededucation
#pendidikanberbasisfitrah

Tuesday, July 18, 2017

Cemilan Rabu 2 Bunda Sayang : CIRI ANAK MANDIRI DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN

🍓🍇 Cemilan Rabu #2 🍇🍓

CIRI ANAK MANDIRI DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN

Kemandirian anak usia dini berbeda dengan kemandirian remaja ataupun orang dewasa. Jika pengertian mandiri untuk remaja dan orang dewasa adalah kemampuan seseorang untuk bertanggung jawab atas apa yang dilakukan tanpa membebani orang lain, sedangkan untuk anak usia dini adalah kemampuan yang disesuaikan dengan tugas perkembangan.

Adapun tugas-tugas perkembangan untuk anak usia dini antara lain belajar berjalan, belajar makan, berlatih berbicara, koordinasi tubuh, kontak perasaan dengan lingkungan, pembentukan pengertian, dan belajar moral.

Empat ciri kemandirian anak yang perlu diketahui:
1. Anak dapat melakukan segala aktivitasnya secara sendiri meskipun tetap dengan pengawasan orang dewasa.
2. Anak dapat membuat keputusan dan pilihan sesuai dengan pandangan, pandangan itu sendiri diperolehnya dari melihat perilaku atau perbuatan orang-orang di sekitarnya.
3. Anak mampu bersosialisasi dengan orang lain tanpa perlu ditemani orang tua.
4. Anak bisa mengontrol emosinya bahkan dapat berempati terhadap orang lain.

Lima tahapan perkembangan kemandirian anak yaitu:
1. Anak mampu mengatur kehidupan dan diri anak sendiri, misalnya: makan, ke kamar mandi, mencuci, membersihkan diri, dan memakai pakaian sendiri.
2. Anak bisa melaksanakan ide-ide anak sendiri dan menentukan arah permainan.
3. Anak bisa mengurus hal-hal yang ada dalam rumah dan bertanggung jawab terhadap sejumlah pekerjaan domestik, mengatur bagaimana menyenangkan dan menghibur diri sendiri dalam alur yang diperbolehkan, dan mengelola uang saku sendiri.
4. Anak bisa mengatur diri sendiri di luar rumah, misalnya di sekolah, menyelesaikan pekerjaan rumah, menyiapkan segala keperluan kehidupan sosial di luar rumah.
5. Anak mampu untuk mengurus orang lain baik di dalam rumah maupun di luar rumah, misalnya menjaga adiknya ketika orang tua sedang mengerjakan sesuatu yang lain.

Dalam mendidik anak mandiri ini dibutuhkan kesabaran dan pengetahuan yang cukup.  Jangan lupa bahwa anak bukanlah miniatur orang dewasa.  Oleh karena itu anak tidak boleh dituntut menjadi orang dewasa sebelum waktunya.

Salam Ibu Profesional,
/Tim Fasilitator Bunda Sayang/

📚 Sumber bacaan :
http://www.al-maghribicendekia.com/2013/09/ciri-anak-mandiri-dan-tahapan

Wednesday, July 12, 2017

Cemilan Rabu 1 Bunda Sayang : Kemandirian

☘☘ *Cemilan Rabu 1*☘☘
12 Juli 2017

*KEMANDIRIAN*

Kemandirian atau bergantung pada diri sendiri adalah konsep yang harus diperhatikan untuk ditanamkan pada jiwa anak.
Banyak anak yang menjadi kurang mandiri pada era sekarang ini. Hal ini nampak jelas dirumah-rumah karena mereka sering kali bergantung pada pembantu. Begitu juga dalam mengerjakan tugas - tugas dan belajar. Sikap tersebut membuat nilai kemandirian pada anak berkurang.
Dengan demikian, pada orangtua dan pendidik harus melatih anak agar belajar percaya diri serta dapat mandiri dalam perkara ibadah dan kehidupan.

Berikut beberapa hal yang dapat membantu untuk menanamkan nilai kemandirian pada diri anak.

1. Membiasakan Anak untuk Mengerjakan Urusan Rumah Sendiri

Misalnya, merapikan kamar, belajar dan mengerjakan tugas dengan tetap memberikan perhatian untuk membantunya pada saat tertentu.

2. Membiasakan  Anak untuk Membeli Sesuatu dari Toko (Warung) dan Memberi Mereka Tugas Kecil

Misalnya  memberikan mereka catatan belanja dan membiarkan mereka belanja sendiri, lakukan berkali-kali sampai akhirnya mereka terlatih.

3. Pemilihan Baju

Memberikan kesempatan kepada anak untuk memilih bajunya sendiri. Saat tidak cocok kita bisa bertanya dan mengarahkannya saja.

4. Kemandirian Iman

Kemandirian Iman maksudnya adalah kita mengajari anak untuk menjaga ibadahnya sendiri. Ini juga tidak berarti membiarkannya, dan kita tetap harus mengawasi dengan tepat dan dan mengingatkannya  untuk beribadah.

5. Mengajarinya Perencanaan Sederhana

Misal membuat jadwal yang harus anak kerjakan setiap harinya dengan sederhana saja. Hal ini akan membantunya merencanakan aktivitasnya dengan baik, dengan demikian anak bisa belajar cara mengatur waktunya dan menjaganya agar efektif.

6. Mengambil Manfaat dari Rekreasi dan Perjalanan dalam Menanamkan Konsep  Kemandirian

Misal menjadikannya penanggung jawab dalam hal merapikan kamar atau mengelola sejumlah uang. Hal ini akan membantunya mandiri dalam mencari cara untuk menyelesaikan sesuatu yang dituntut darinya.

7. Kerjasama

Agar dalam kemandirian tidak menimbulkan hal-hal yang kurang baik seperti individualisme, sombong, dan rasa tidak memerlukan orang lain, perlu ditanamkan konsep bekerja sama dengan orang lain dalam bentuk yang baik.

Itulah beberapa cara yang dapat membantu kita menanamkan konsep kemandirian dan bergantung pada diri sendiri di jiwa anak. Jika konsep ini dilakukan dengan baik,  akan lahir generasi positif dengan izin Allah ta'ala.semoga bermanfaat...

Salam Ibu Profesional
/Tim Fasilitator Bunda Sayang /

Sumber
Dr.  Yaser Nashr, Mencetak Anak Berkarakter Positif, Unggul, Kreatif dan Berakhlak Mulia

Tantangan Bunda Sayang 2 : Melatih Kemandirian Anak

MELATIH KEMANDIRIAN ANAK

Mengapa melatih kemandirian anak itu penting?

Kemandirian anak erat kaitannya dengan rasa percaya diri. Sehingga apabila kita ingin meningktkan rasa percaya diri anak, mulailah dari meningkatkan kemandirian dirinya.

Kemandirian erat kaitannya dengan jiwa merdeka. Karena anak yang mandiri tidak akan pernah bergantung pada orang lain. Jiwa seperti inilah yang kebanyakan dimiliki oleh para enterpreneur, sehingga untuk melatih enterpreneur sejak dini bukan dengan melatih proses jual belinya terlebih dahulu, melainkan melatih kemandiriannya.

Kemandirian membuat anak-anak lebih cepat selesai dengan dirinya, sehingga ia bisa berbuat banyak untuk orang lain.

Kapan kemandirian mulai dilatihkan ke anak-anak?

Sejak mereka sudah tidak masuk kategori bayi lagi, baik secara usia maupun secara mental. Secara usia seseorang dikatakan bayi apabila berusia 0-12 bulan, secara mental bisa jadi pola asuh kita membiarkan anak-anak untuk selalu dianggap bayi meski usianya sudah lebih dari 12 bulan.

Bayi usia 0-12 bulan kehidupannya masih sangat tergantung pada orang lain. Sehingga apabila kita madih selalu menolong anak-anak di usia 1 th ke atas, artinya anak-anak tersebut secara usia sudah tidak bayi lagi, tetapi secara mental kita mengkerdilkannya agar tetap menjadi bayi terus.

Apa saja tolok ukur kemandirian anak-anak?

☘Usia 1-3 tahun
Di tahap ini anak-anak berlatih mengontrol dirinya sendiri. Maka sudah saatnya kita melatih anak-anak untuk bisa setahap demi setahap meenyelesaikan urusan untuk dirinya sendiri.
Contoh :
✅Toilet Training
✅Makan sendiri
✅Berbicara jika memerlukan sesuatu

πŸ”‘Kunci Orangtua dalam melatih kemandirian anak-anak di usia 1-3 th  adalah sbb :
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦ Membersamai anak-anak dalam proses latihan kemandirian, tidak membiarkannya berlatih sendiri.
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦ Mau repot di 6 bulan pertama. Bersabar, karena biasanya 6 bulan pertama ini orangtua mengalami tantangan yang luar biasa.
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦Komitmen dan konsisten dengan aturan

Contoh:
Aturan berbicara :
Di rumah ini hanya yang berbicara baik-baik yang akan sukses mendapatkan apa yang diinginkannya.

Maka jangan pernah loloskan keinginan anak apabila mereka minta sesuatu dengan menangis dan teriak-teriak.

Aturan bermain:
Di rumah ini boleh bermain apa saja, dengan syarat kembalikan mainan yang sudaj tidak dipakai, baru ambil mainan yang lain.

Maka tempatkanlah mainan-mainan dalam tempat yang mudah di ambil anak, klasifikasikan sesuai kelompoknya. Kemudian ajarilah anak-anak, ambil mainan di tempat A, mainkan, kembalikan ke tempatnya, baru ambil mainan di tempat B. Latih terus menerus dan bermainlah bersama anak-anak, jadilah anak-anak yang menjalankan aturan tersebut, jangan berperan menjadi orangtua. Karena anak-anak akan lebih mudah mencontoh temannya. Andalah teman terbaik pertama untuknya.

☘Anak usia 3-5 th
Anak-anak di usia ini sedang menunjukkan inisiatif besar untuk melakukan kegiatan berdasarkan keinginannya
Contoh :
✅ Anak-anak lebih suka mencontoh perilaku orang dewasa.
✅Ingin melakukan semua kegiatan yang dilakukan oleh orang dewasa di sekitarnya

πŸ”‘Kunci Orangtua dalam melatih kemandirian anak di usia 3-5 th adalah sbb :
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦Hargai keinginan anak-anak
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦Jangan buru-buru memberikan pertolongan
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦ Terima ketidaksempurnaan
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦ Hargai proses, jangan permasalahkan hasil
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦ Berbagi peran bersama anak
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦ Lakukan dengan proses bermain bersama anak

Contoh :
✅Apabila kita setrika baju besar, berikanlah baju kecil-kecil ke anak.
✅Apabila anda memasak, ajarkanlah ke anak-anak masakan sederhana, sehingga ia sdh bisa menyediakan sarapan untuk dirinya sendiri secara bertahap.
✅Berikanlah peran dalam menyelesaikan kegiatannya, misal manager toilet, jendral sampah dll. Dan jangan pernah ditarget apapun, dan jangan diberikan sebagai tugas dari orangtus.Mereka senang mengerjakan pekerjaannya saja itu sudah sesuatu yang luar biasa.

☘Anak-anak usia sekolah
Apabila dari usia 1 tahun kita sudah menstimulus kemandirian anak, mka saat anak-anak memasuki usia sekolah, dia akan menjadi pembelajar mandiri. Sudah muncul internal motivation dari dalam dirinya tentang apa saja yang dia perlukan untuk dipelajari dalam kehidupan ini.

⛔Kesalahan fatal orangtua di usia ini adalah terlalu fokus di tugas-tugas sekolah anak, seperti PR sekolah,les pelajaran dll. Sehingga kemandirian anak justru kadang mengalami penurunan dibandingkan usia sebelumnya.

πŸ”‘Kunci orangtua dalam melatih kemandirian anak di usia sekolah 
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦Jangan mudah iba dengan beban sekolah anak-anak sehingga semua tugas kemandirian justru dikerjakan oleh orangtuanya
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦Ijinkan anak menentukan tujuannya sendiri
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦Percayakan manajemen waktu yang sudah dibuat oleh anak-anak.
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦Kenalkan kesepakatan, konsekuensi dan resiko

Contoh :
✅Perbanyak membuat permainan yang dibuatnya sendiri ( DIY = Do It Yourself)
✅Dibuatkan kamar sendiri, karena anak-anak yang mahir mengelola kamar tidurnya, akan menjadi pijakan awal kesuksesan ia dalam mengelola rumahnya kelak ketika dewasa.

☘Ketrampilan-ketrampilan dasar yang harus dilatihakan untuk anak-anak usia sekolah ini adalah sbb:
1⃣Menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya
2⃣Ketrampilan Literasi
3⃣Mengurus diri sendiri
4⃣Berkomunikasi
5⃣Melayani
6⃣Menghasilkan makanan
7⃣Perjalanan Mandiri
8⃣Memakai teknologi
9⃣Transaksi keuangan
πŸ”ŸBerkarya

☘3Hal yang diperlukan secara mutlak di orangtua dalam melatih kemandirian anak adalah :
1⃣Konsistensi
2⃣Motivasi
3⃣Teladan

Silakan tengok diri kita sendiri, apakah saat ini kita termasuk orangtua yang mandiri? 

☘Dukungan-dukungan untuk melatih kemandirian anak
1⃣Rumah harus didesain untuk anak-anak
2⃣Membuat aturan bersama anak-anak
3⃣Konsisten dalam melakukan aturan
4⃣Kenalkan resiko pada anak
5⃣Berikan tanggung jawab sesuai usia anak

Ingat, kita tidak akan selamanya bersama anak-anak.Maka melatih kemandirian itu adalah sebuah pilihan hidup bagi keluarga kita

Salam,


/Tim Fasilitator Bunda Sayang/

Sumber bacaan:

Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang, antologi, gaza media, 2014
Septi Peni, Mendidik anak mandiri, pengalaman pribadi, wawancara
Aar Sumardiono, Ketrampilan dasar dalam mendidikan anak sukses dan bahagia, rumah inspirasi


* * * *

πŸ”˜πŸ”˜πŸ”˜πŸ”˜πŸ”΄πŸ”΄πŸ”΄πŸ”˜πŸ”˜πŸ”˜πŸ”˜

*GAME LEVEL 2 - Tantangan 10 hari Melatih Kemandirian Anak*

(Periode 14 - 30 Juli 2017)

Dalam tantangan 10 hari di materi kemandirian  kali ini, kita akan memberikan apresiasi kemandirian dalam beberapa kategori yaitu:
πŸ‘ͺ Bagi anda yang sudah memiliki putra/i 

πŸ’‘Bagi anda yang ingin melatih kemandirian berdua dengan pasangan karena di rumah belum ada anak-anak 

πŸ™‹Dan Bagi anda yang masih single.

Bagaimana caranya?

1⃣ Buatlah list kemampuan kemandirian apa saja yang ingin anda latihkan baik kepada putra/putri anda (bagi Ibu yang sudah memiliki anak), atau kepada anda dan pasangan (bagi ibu yang belum memiliki anak), atau kepada diri anda sendiri (bagi anda yang masih single).

2⃣ Buatlah program *One Week One Skill* Dalam satu bulan ini min. melatih 1 kemandirian dan max. 4 kemandirian.

3⃣ Abadikan portofolio kemandirian anak ➡πŸ‘ͺ

Kemandirian kita dan atau pasangan ➡πŸ’‘

Kemandirian diri kita sendiri➡πŸ™‹

Bisa  dalam bentuk foto dengan caption atau tulisan narasi yang anda  posting setiap hari,  minimum selama 10 hari dan max. tak berbatas waktu, bergantung komitmen yang anda buat.

Posting Portofolio di Blog/Platform lainnya, disertai hashtag :

#Level2
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian 
#Tantangan10hari

πŸ”˜πŸ”˜πŸ”˜πŸ”˜πŸ”΄πŸ”΄πŸ”΄πŸ”˜πŸ”˜πŸ”˜πŸ”˜

Tantangan Bunda Sayang 1 : Komunikasi Produktif