Thursday, May 11, 2017

Keharmonisan Suami Istri dan Kondisi Kejiwaan Anak

KEHARMONISAN SUAMI ISTRI dan KONDISI KEJIWAAN ANAK.

Elizabeth B. Hurlock dalam buku Psikologi Perkembangan (Erlangga, 1999) menyatakan, anak yang hubungan perkawinan orang tuanya bahagia, akan mempersepsikan rumah sebagai tempat yang membahagiakan untuk hidup.

Makin sedikit masalah antar orang tua, semakin sedikit pula masalah yang dihadapi anak. Sebaliknya, hubungan keluarga yang buruk akan berpengaruh buruk pula kepada seluruh anggota keluarga.

Suasana keluarga
yang tidak menyenangkan membuat anak tidak betah tinggal di rumah, karena secara emosional suasana tersebut akan mempengaruhi anggota keluarga untuk bertengkar satu dengan yang lain.

Konflik diantara suami istri, seringkali dipicu oleh kekurangan dan kelemahan pasangan.

Bisa jadi, sangat banyak kekurangan dan kelemahan pasangan di mata kita, sebanyak bintang di langit. Tidak bisa dihitung lagi.

Bisa jadi pula, sangat sedikit kebaikan dan kelebihan pasangan di mata kita, seperti matahari di langit. Hanya satu biji.

Namun ingatlah, setiap kali matahari terbit, semua bintang di langit menjadi hilang, tidak kelihatan lagi.

Begitulah semestinya kita menjalani kehidupan bersama pasangan tercinta. Sebanyak apapun kekurangan dan kelemahan pasangan, akan segera hilang saat dihadirkan kebaikan dan kelebihannya.

Demikianlah kunci kebahagiaan dan keharmonisan hidup berumah tangga. Sederhana saja. Fokuslah melihat sisi kebaikan pasangan anda, dan segera lupakan kekurangannya.

Anda akan bahagia bersamanya.

Namun bagaimana jika seorang suami sulit meminta maaf?

Psikolog yang juga penulis buku 'The Dance of Anger', Harriet Lerner, menyatakan, laki-laki yang sulit meminta maaf kepada istri, bisa jadi karena mereka tidak punya cukup keberanian memikul tanggungjawab atas sikap buruknya.

Jika istri menghadapi suami yang bertipe sulit minta maaf, Lerner menyarankan agar istri tidak perlu memaksa atau mengharuskan suami untuk meminta maaf. Karena yang lebih penting adalah suami mau berubah menjadi lebih baik.

Paksaan atau tekanan istri agar suami minta maaf tersebut justru bisa membuat semakin rumitnya masalah. Kritikan dan ocehan istri pada sikap suami yang tidak mau meminta maaf pun dapat membuat suami kian enggan meminta maaf.

Suami merasa, jika ia meminta maaf, ocehan istrinya akan semakin bertambah panjang dan menjadi-jadi. Suami melihat, meminta maaf justru akan membuatnya tambah dikritisi ketimbang dihargai. Usahanya meminta maaf tidak dihargai istri.

Saran Lerner, mintalah suami meminta maaf jika memang istri merasa layak mendapatkannya. Namun jangan menjadikan permintaan itu sebagai pertengkaran.

Lerner menambahkan, ketimbang bertengkar soal permintaan maaf, berikan suami contoh. Tidak ada salahnya istri mendahului meminta maaf dengan tulus. Ketulusan istri meminta maaf bisa menjadi contoh kedewasaan bagi suami.

Suami yang sulit mengucapkan kata maaf, bisa saja menggunakan cara non verbal untuk menunjukkan perasaan bersalahnya. Jika hal itu sudah dilakukannya, terimalah dengan tulus, tanpa perlu mempermasalahkan lagi kata maaf tersebut.

Dan, maafkan pula sikap suami yang tidak mau meminta maaf itu. Yang penting ia mau berubah menjadi lebih baik.

"RUMUS TIGA" UNTUK KELUARGA BAHAGIA

Saya mengajukan formula "RUMUS TIGA", agar kehidupan pernikahan kita bisa selalu bahagia.

PERTAMA, jika anda melihat ada banyak kekurangan pada pasangan anda, ingatlah TIGA hal berikut:

1. Bahwa pada diri anda pun ada banyak kekurangan, mungkin saja anda tidak menyadarinya. Lalu bagaimana anda selalu menyalahkan kekurangannya, sementara anda juga memiliki sisi kekurangan?

2. Jika anda menikah dengan orang lain pun, anda juga akan menemukan banyak kekurangan pada orang lain itu. Jangan mengira jika anda menikah dengan orang lain maka anda akan menemukan seseorang yang ideal dan sempurna

3. Tidak ada manusia ideal dan sempurna yang hidup di zaman kita sekarang ini. Semua orang memiliki kekurangan dan kelemahan.

KEDUA, saat anda mengalami konflik dengan pasangan, kemudian anda merasa kecewa dengannya karena konflik tersebut, maka ingatlah TIGA hal berikut:

1. Bahwa sumber konflik pada pasangan suami istri itu selalu melibatkan andil keduabelah pihak. Anda juga punya andil dalam melahirkan konflik tersebut, bukan hanya pasangan anda.

2. Jika anda menikah dengan orang lain pun, anda juga akan menemukan konflik dengan orang lain itu. Jangan mengira bahwa anda akan terbebas dari konflik ketika memutuskan menikah dengan orang lain.

3. Tidak ada interaksi antara dua orang atau lebih yang tidak melahirkan konflik. Karena konflik adalah konsekuensi logis dari suatu interaksi.

KETIGA, jika anda ingin selalu menjaga dan memperbaiki hubungan dengan pasangan, maka ingatlah TIGA hal berikut:

1. Pernikahan yang berhasil adalah tentang bagaimana seorang lelaki biasa saja --yang tidak sempurna-- mencintai seorang perempuan biasa saja --yang tidak sempurna, lalu keduanya bersedia berproses menuju kondisi yang lebih baik secara bersama.

2. Semua konflik bisa diselesaikan dengan damai dan bahagia, sepanjang anda berdua bersedia menyelesaikan dan mengakhirinya. Yang membuat konflik mudah atau susah diselesaikan, hanyalah sikap anda berdua.

3. Tidak perlu ideal dan sempurna untuk bahagia. Kita bisa berbahagia di tengah berbagai kekurangan dan kelemahan yang kita miliki. Rasakan kehadiran cinta dan kebahagiaan dalam diri anda berdua.

Demikianlah Rumus TIGA untuk kehidupan keluarga yang harmonis dan bahagia. Semoga kita bisa mendapatkannya.

Keluarga harmonis semoga melahirkan anak-anak yang sehat jiwa raganya.
Amiin.

Diramu dari tulisan : Cahyadi Takariawan.

No comments:

Post a Comment