Wednesday, May 30, 2018

Tafakkur, Ibadah Dalam Diam

Tersengatku dari lamunan panjang,  saat mendengar kajian ustadz Hanan.

Sederhana,  membahas sesosok nabi di masa kecilnya.  Yahya,  usia tujuh tahun sudah menggali kuburnya sendiri dan mentafakkuri kehidupannya.  Tujuh tahun? Jaman sekarang usia tujuh tahun seperti apa ya?

Para pemikir besar beliau sebutkan lagi.  Sebut saja Ibrahim. Dengan pemikirannya, yang luas,  berpikir keras mencari tuhan.  Tafakkur,  tadabbur.  Dari situlah ia muncul sebagai Bapak yang menjadi teladan utama. 

Di tengah kejahiliahan orang di sekitarnya, bahkan orangtuanya sendiri,  ia bisa keluar dari lingkaran itu,  memikirkan penciptaan tuhannya.

Tahannuts nya Rasulullah muhammad pun bagian dari episode besar peristiwa turunnya wahyu.  Gerah dengan kondisi arab pada masa itu,  juga hobinya yang memang "menyendiri sesaat", dimulai lah masa kenabian itu.

Memikirkan penciptaan dunia ini,  mentafakkuri keesaan dan keMahahebatan nya Allah,  bagian dari kegiatan berpahala. Menambah rasa takjub pada Sang Maha Pencipta,  menambah rasa iman dalam dada.

Maka ku berpikir kembali, ah betapa kesukaanku dalam menuliskan perenungan itu seharusnya selalu kubingkai dengan maksud bertafakkur. Tak sekedar melepas kata,  menghabiskan jatah bicara lewat tulisan.

Aku juga jadi ingat,  satu-satunya hal yang membuatkan dulu memilih jurusan biologi,  adalah rasa kagumku pada hebatnya penciptaan Allah dalam tubuh manusia.  Mungkin jurusan bisa salah. Tapi Allah tak pernah salah menempatkanku pada tempat yang membuat jiwaku terasah.

Ah semoga bisa membimbing anakku untuk dapat sering bertafakkur.  Mengkaitkan semua aspek kehidupannya pada Allah tempat bergantung.

Rabu, 30 Mei 2018
Hajah Sofyamarwa R.

#30dwc #30dwchajah #30dwcjilid13

No comments:

Post a Comment