Wednesday, November 22, 2017

Montessori, Apa dan Kenapa By : Nafila Rahmawati

Montessori, Apa dan Kenapa
By : Nafila Rahmawati

Mendengar kata Montessori, ada beberapa hal yang biasanya langsung terbersit di pemikiran awam kita. Mahal? Atau permainan dan peralatan yang banyak?

Sejatinya yang demikian hanya beberapa definisi prematur untuk Montessori.

Jujur sebelum mengikuti workshop, saya juga sempat terjebak pada batasan definisi sepihak seperti ini. Sempat mendengar satu tagline yang menyatakan bahwa Montessori is a lifestyle. Lucu awalnya, benar nyatanya. 

Montessori adalah metode pengembangan kemampuan anak yang meliputi lima area kemahiran, dengan memfokuskan pada kemandirian anak, sikap menghargai anak dan mempelajari hal yang konkrit.

 

Menerapkan Montessori pada kepribadian anak memerlukan konsistensi dan kontinuitas, sehingga Montessori bukan sekedar games melainkan cara kita mengenalkan anak pada kehidupan. 

Dr. Maria Montessori awalnya menerapkan metode Montessori untuk anak berkebutuhan khusus (sekitar abad 19), ternyata metode ini pun aplikatif dan solutif untuk diterapkan hingga sekarang.

Mengapa Montessori yang ditemukan di era lama masih kompatibel dengan kebutuhan anak-anak zaman now? 

Terjadi perubahan ritme dan percepatan kehidupan dari generasi pasca PD II ke generasi Alpha. Kecenderungan manusia untuk mendatangkan perbaikan pada hidupnya secara finansial, mengarah ke pertumbuhan angkatan kerja sehingga banyak dari orang tua lebih fokus bekerja dan menggunakan energi "sisa" yang sekedarnya ketika membersamai anak. 

Energi sisa ini seringkali kita jumpai dalam bentuk orang tua yang memberikan stimulan atau media edukasi instan sebagai kompensasi ketiadaan mereka mengejawantahkan fungsi orang tua.

Gadget, televisi, atau bahkan baby sitter yang selalu siap sedia melayani segala kebutuhan anak. 

Sehingga anak tumbuh terakselerasi, namun masih berlubang kemampuan dasar mereka sebagai pondasi pembelajaran lebih lanjut. 

Kita menyediakan fasilitas calistung, tapi lupa mengenalkan asyiknya bekerja dengan huruf dan angka tanpa rasa terpaksa. Kita memberikan banyak mainan atau buku mahal, tapi lupa membekalkan olah motorik halus terlebih dulu dan menyalahkan anak-anak kita untuk mainan atau buku yang rusak. 

Dunia menginginkan kita melakukan segalanya dengan cepat, dan kita merantaikan anak kita agar berlari dengan kecepatan kita. 

Montessori membuat saya berkaca, bahwa anak-anak berhak untuk mendapat porsi kecepatannya sendiri. Filosofi dasar Montessori adalah penawar bagi ketergesaan kita sebagai orang tua yang diburu ritme duniawi. 

-Cont'd-

Nafila Rahmawati:
Filosofi dasar tersebut di antaranya:

1. Absorbent Mind

2. Sensitive Periods

3. Law of Development

4. Directress

5. Learning Areas

6. 3PL (Three Period Lessons) 

Penjelasannya sebagai berikut

1. Absorbent Mind

Pikiran yang mudah menyerap adalah kekuatan utama anak-anak mempelajari informasi di sekeliling mereka. Otak manusia berkembang hingga 90% pada umur 0-6 th. Pembelajaran yang mudah diserap anak adalah saat dimana mereka mengeksplor dan mengalami sendiri dengan inderawi.

Pada masa ini anak menyerap semua informasi dengan memprosesnya agar bergabung secara terpadu. Namun mereka belum memiliki filter sehingga belum mampu membenahi dirinya sendiri.

Jika kita sebagai orang tua tidak tercerahkan, bisa jadi kitalah yang menjadi penghambat kemajuan anak.  

Usia 0-3 th anak akan mengalami periode Unconscious Mind. Anak memposisikan diri mereka sebagai pencipta secara tak sadar, menirukan apa yang ia terima dan mereproduksi ulang dengan tambahan citra dan metamorfosa karakter bawannya. 

Sementara usia 3-6 th anak mengalami periode Conscious Mind. Mereka mulai mampu memecahkan teka-teki lingkungannya secara sengaja dan sadar. 

Misal: 

Usia 0-3 anak belajar mengkonstruksi bahasa dan berbicara. Mereka memproduksi kata-kata, menirukan apa yang dicontohkan 

Usia 3-6 anak belajar penyempurnaan konstruktif, menambah pengayaan kata dan kalimat secara gramatikal

Pengalaman selama Absorbent Mind ini didapat bukan dari sekedar bermain atau serangkaian aktivitas acak, namun merupakan kerja yang dilakukan dengan menggunakan benda yang memberi motif bagi aktivitasnya. 

Pada usia ini anak perlu menyentuh dan membawa semua jenis benda untuk rangsangan yang berbeda. Yang dibutuhkan anak adalah pengelaman nyata dan ikut serta dalam aktivitas yang berlangsung di sekelilingnya.

Ketika orang tua mencuci piring, ajak anak untuk melakukan hal yang sama meskipun kadang membutuhkan waktu yang lebih lama. Tindakan meniru yang dilakukan anak ditujukan untuk mempersiapkan dirinya sendiri sebagai bagian dari dunia. 

2. Sensitive Periods

Anak genius adalah anak yang mendapat stimulasi yang tepat dan proporsional ketika memasuki Sensitive Periods-nya. Bukan berarti mereka terlahir genius atau tidak henti dibombardir dengan latihan khusus

Montessori membagi tahap perkembangan anak menjadi umur 0-6, 6-12, 12-18. Cacat karakter yang terbentuk pada tahap perkembangan awal akan mempengaruhi perkembangan di tahap selanjutnya.

Selama rentang waktu ini, anak menyerap karakteristik tertentu dari lingkungan mereka.

Beberapa jenis Sensitive Period:

a. Sensitivity to Order

b. Sensitivity to Refinement of The Senses

c. Sensitivity to Small Objects

d. Sensitivity to Walking

e. Sensitivity to Language

f. Sensitivity to Social Interest

Penjelasan detail tentang Sensitive Periods akan dilanjutkan minggu depan yaa (Insya Allah) 

Absorbent Mind dan Sensitive Period yang diperhatikan akan menjadi sarana mental bagi anak untuk menunjukkan minat secara sadar. Anak akan merasakan dan menunjukkan preferensi pada tipe rangsangan tertentu  mengasah dan memadukan kemampuan dasar mereka. 

Disusun Oleh
Nafila Rahmawati | 2017
FB: Nafila Rahmawati
IG: @nafilandscape, @khayli_montesstory

Sumber Bacaan:
1. Modul Workshop Montessori At Home, Rumah Aruna
2. The Absorbent Mind, Maria Montessori
3. Metode Pengajaran Montessori Tingkat Dasar, David Gettman

No comments:

Post a Comment