Saturday, June 9, 2018

Pembangunan Menara Keluarga

Saya selalu suka dengan analogi-analogi yang digunakan pak Indra dan bunda Nunik Noveldi dalam bukunya Menikah Untuk Bahagia.

Sederhana, tapi mengena.

Pada sub bab Do We Plan Our Marriage, saya serasa diingatkan kembali mengenai impian impian saya tentang pernikahan.

Menara Petronas di Malaysia itu tingginya 452 meter dengan 88 lantai. Salah satu gedung tertinggi di dunia itu jelas ada yang membuatnya,  mendesainnya sedemikian rupa. Proses pembuatannya pun tak sebentar. Dibutuhkan waktu selama 6 tahun, dan pembuatan pondasi sekitar 120 meter.

Ya,  gedung sekokoh itu tak mungkin dibuat tanpa perencanaan. Idenya,  desainnya,  materialnya, pekerjanya, konstruksinya,  dan lain lain.

Di samping itu, Saya jadi ingat beberapa waktu lalu saat mengikuti family gathering IP Bandung, kami sekelompok diminta membuat menara balon. Tujuannya membuat menara yang indah dan tinggi. Kami diberikan beberapa balon,  alat perekat solatip,  gunting,  dan kertas untuk membuat desain.

Selama permainan kami memang sekelompok tapi karena belum terlalu kenal,  maka chemistry nya biasa biasa saja.  Saat membuat menara balon pun,  kami sekedar membuat menara tanpa mendesainnya terlebih dahulu.  Kami dikejar waktu,  belum lagi lihat menara tetangga yang rasanya lebih besar, bagus dan indah.

Pembagian tugas dilakukan dengan mengambil inisiatif masing masing, ada arahan tapi minim,  mungkin segan.  Bergerak saja inisiatif sendiri sambil berkomunikasi bagaimana seharusnya.

Kami mendesain sambil membangun menaranya. Bahkan di akhir waktu pengumpulan, kertas kami baru digambar sesuai dengan bentuk menara yang kami buat. Ya,  membuat dulu baru merancang,  cukup aneh ya hehe.

Alhamdulillah menara kami selesai juga, menara terbaik yang bisa kami buat dan kami syukuri.

Dari itu semua, ada satu yang saya renungkan. Bahwa ternyata banyak manusia tidak merencanakan kehidupan pernikahannya.  Pembangunan yang bersifat fisik mungkin lebih mudah diperhatikan karena terlihat. Sementara bangunan pernikahan,  mungkin banyak diabaikan karena abstrak tak terlihat,  tak terdeteksi.

Apa jadinya pembuatan menara petronas tanpa perencanaan.  Sekarang menyusun batu bata dulu,  besok buat pondasi,  besok lagi bikin rancangannya,  besoknya lagi beli bahan yang kurang,  misalnya?  Sudah tentu hasilnya juga mencong mencong kesana kemari.  Sudah syukur kalau bangunan masih bisa berdiri,  kalau hancur di tengah jalan?

Kesimpulannya bisa diambil sendiri ya.

Ada juga yang tanpa perencanaan, pernikahannya baik baik saja, tapi benarkah baik baik saja?

Ada juga yang audah merencanakan,  tapi di tengah jalan lupa untuk menengoknga kembali.

Bervariasi.
Intinya untuk membangun menara keluarga ada hal-hal yang perlu diperhatikan.

Pertanyaannya,  maukah kita benar benar mendesain dan membangun menara keluarga kita?

No comments:

Post a Comment