Monday, June 4, 2018

Menyelami Makna Diksi, Jangan Takut Belajar Bahasa

Pernahkah kau mendengar istilah ini: renjana, sujana, semenjana, senandika, hibuk, kemukus, rebas, lasak, bedegap, lanyak, calak, nyenyat, jenat, sak, masygul, atau lunyai?

Kalau belum, berati kita sama. 
Kata-kata di atas adalah beberapa contoh kata yang sejatinya ada dalam bahasa Indonesia. Resmi sesuai PUEBI dan ada di dalam KBBI. Keterbatasan kita dalam berbahasa lah yang membuat kita tidak familiar dengan kata-kata tesebut.Untuk sebagian orang yang bergelut di dunia sastra, mungkin kata-kata di atas lebih familiar. Kalau saya pribadi hobi menulisnya belum nyastra, maka memang masih jauh dari tahu semua itu, apalagi paham. Saat menulis ini, saya hanya berpikir, perlukah saya mengenalkan berbagai kata-kata asing (padahal Bahasa Indonesia) ke anak saya sendiri?
diksi/dik·si/ n Ling pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan)
Coba saya tanya dahulu, seberapa bermaknanya pelajaran bahasa di bangku persekolahan jaman dulu? Bagi saya terkadang sekedar membaca untuk bisa mengerjakan soal, lulus dalam mata pelajaran, dan, apalagi ya? Padahal saya suka menulis hingga saat ini, berawal dari kebiasaan menulis buku harian. Saya juga senang membaca novel-novel saat remaja dulu. Tapi entah kenapa saat itu belum semua terkoneksi.

Semakin besar, ada masanya saya terpapar dengan kosakata bahasa lainnya, sebut saja bahasa Arab. itupun belum membuat saya begitu tertarik, padahal bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur'an ya? Mungkin saya sudah jiper duluan dengan tatabahasa Arab yang katanya merupakan bahasa terkaya dengan kedalaman makna yang indah. 

Setiap bahasa memiliki keistimewaannya sendiri sebagai akibat dari fitur lokal yang dimiliki budaya penuturnya. Bahasa Arab yang digunakan Al-Quran disebut oleh Nabi Muhammad sebagai bahasa Dhad, yaitu huruf ke 15 dari alphabet Arab. Sebutan ini adalah untuk mengisyaratkan bahwa huruf itu hanya ada dalam bahasa Arab.  Bahasa Arab yang kebanyakan akar leksikonnya hanya terdiri dari tiga huruf (sebagian kecilnya dari empat huruf) dalam alphabet Arab mendukung kepuitisan Al-Quran. Ini juga mendukung pengembangan kata-kata dalam bahasa Arab dengan akar makna yang sama. System tasrif yang sepuluh (Kaye, 1987:170) dan system pronominal yang empat belas (Hassan, 1979:133) itu membuat bahasa Arab kaya dengan kata yang berbeda untuk makna yang berbeda dari akar yang sama.  Kesepuluh perubahan kata kerja dalam Bahasa Arab membuatnya semakin kaya akan variasi diksi untuk maqam (konteks situatsi) dan tujuan yang berbeda. 4)

Kelebihan ini sekaligus juga menjadi kelemahannya yang menjadikan pemahaman yang ambigu dalam penggunaan kata-kata. Untuk hal ini kepandaian berbahasa seseorang atau pengetahuannya yang luas tentang ilmu linguistik belum cukup menjadi syarat bagi seseorang untuk menterjemahan Al-Quran khususnya ke dalam bahasa selain Arab. Apalagi bila dikaitkan dengan keadaan Al-Quran yang sarat dengan istilah religi yang didefinisikan sendiri melalui ayat dengan konteks yang berbeda. Sehingga apa yang dikemukakan oleh Larson (1994) dalam pembagian macam leksikon dalam terjemahan sangat mengena dalam konteks terjemahan Al-Quran. Larson yang membagi leksikon menjadi tiga — shared, unknown dan key word – membuat atau memaksa penerjemah untuk mengadaptasi setiap key word dalam Al-Quran menjadi leksikon bahasa lokal dalam konteks pemahaman agama (Al-Quran). Bila di-index maka sebagian besar, bila tidak bisa dikatakan semua, kata-kata dalam al-qur’an itu harus di-index. 4)
Begitulah.
Maka pekerjaan peradaban saya ternyata sebetulnya lebih besar dari sekedar "galau" mengenalkan diksi-diksi bahasa Indonesia ke anak. Pekerjaan rumah saya seharusnya di mulai dari mengusir rasa "segan" menyelami bahasa Arab, mencoba menyelaminya, dan memberikan pemahaman yang lebih kepada anak sendiri.

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?”
QS. Al Qamar, diulang sebanyak empat kali di ayat 17, 22, 32, dan 40


Sumber inspirasi:

1).https://www.idntimes.com/hype/fun-fact/francisca-christy/22-istilah-dalam-bahasa-indonesia-yang-ternyata-belum-pernah-didenger-sama-mayoritas-orang-di-nusantara-1/full
2) http://cewekbanget.grid.id/News-And-Entertainment/11-Kata-Kata-Indah-Dalam-Bahasa-Indonesia-Yang-Belum-Kita-Ketahui?page=3
3) Oktariani, 2014. Keindahan Diksi Alquran. http://lidyaoktariani.blogspot.com/2014/10/keindahan-diksi-al-quran.html


4) Baharrudin, 2018. Diksi Al Quran dan Terjemahannya. https://baharworks.wordpress.com/diksi-al-quran/
5) https://kbbi.web.id/diksi



No comments:

Post a Comment